Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Aku percaya Takdir.

"Priiiiit priiiiiiit priiiitttttttt" begitu suara peluit dari arah bawah yang terdengar di pendakianku. "Ges ayo semangat Ges..... priiiiiit priiiiit" pria itu masih tetap menyemangatiku yang diam tanpa kata selain terengah-engah mengatur nafas panjang agar benar-benar kuat sampai puncak. "Gesti ku....at. Gesti kuat priiiit priiiit" lagi lagi dia masih saja menyemangatiku. Sesekali aku melirik kearah wajahnya yang penuh semangat dengan peluit yang berada di tas gunung miliknya. "Priiiit priiiiit.... Ayo semangat Gesti. Gesti ayoo semangat...." entah untuk kesekian kalinya, di sepanjang perjalanan pendakian dia selalu menyemangatiku. Sampai dijalan mendaki, orang-orang yang melihat kami mungkin heran hehehe. Tapi ada yang lucu disini, aku bungkam, diam tanpa ekspresi apapun, tak menghiraukan dia yang selalu menyemangatiku tetapi dia tetap saja begitu, tidak pernah bosan dan tidak pernah berhenti.



Ditengah perjalanan setelah mendaki panjang, entah siapa yang mulai. Begitu saja, kamu tiba-tiba marah sama aku. Debat panjang lebar dan aku mendiamkanmu. Meski aku marah kamu tetap saja terus berbicara dan mencoba melucu. Sampai aku, kini yang berjalan di depanmu. Aku berjalan lebih cepat diantara bebatuan itu. Aku diam untuk waktu yang lama, tiba-tiba aku tidak mendengar suaramu lagi. Hening begitu saja. Aku tak berani menoleh kebelakang, meski aku tau kamu tak lagi melangkah tepat di belakangku. Biar saja!! Huh aku tak peduli titik. Dia sudah menyakitiku, biarkan saja !! Kataku dalam hati. Akhirnya dari arah belakang gw dengar "Ges, tunggu dulu apa. Sandal gue putus nih." aku masih tidak menghiraukannya, masih terus melangkah. "Jangan mentang-mentang lo pakai sendal jadi bisa jalan lebih cepet dari gue" katanya kesal. Sambil menarik nafas panjang dan menghembuskannya aku menghentikan langkah aku. Tanpa menoleh, aku membiarkan dia dari arah belakang berjalan sampai ada disampingku. Setelah tepat berada disamping aku dia tunjukkan sandal yang putus itu. Sedikit tidak percaya, mungkin ini hanya trik dia ingin membuatku tertawa pikirku. Itu pasti memang model sendalnya bongkar pasang pikirku. Dengan muka sedikit judes, aku abaikan dia dan masih dengan bungkamku. Dia masih memaksa untuk memakai sendal itu "yaaa putus lagi sendal gue" katanya dengan sedikit kesal. Kali ini aku percaya, sandalnya benar-benar putus. Ahh biarkan saja, aku tetap tidak peduli. Masih gondok.




Dia berjalan, dengan tas gunung yang dia panggul dan dengan sandal putus ditangannya serta kakinya yang polos tanpa alas berjalan menelurusi bebatuan itu. Kali ini kami berjalan berdampingan, dalam keadaan seperti itu. Dia masih tetap bisa tertawa, dia masih tetap melucu didepanku, masih juga ceramah tentang kehidupan dan tentang perjuangan seorang ibu. Menurutnya, apalah arti dia berjalan diantara bebatuan dibandingkan dengan seorang ibu yang mengandungnya sembilan bulan. Ga ada hubungannya sih, meski aku tau seumpama yang dia ucapkan itu ga sebanding. Aku hanya menyimak kata demi kata yang dia ucapkan. Mungkin aku masih kesal, dan iya aku memang kesal. Finally, mungkin dia cape mencoba buatku tertawa dengan perkataan, dia ga pernah berhenti sampai situ, selalu banyak akal, itulah dia. Dia kemudian berjalan di lebay-lebay in di depanku sambil menahan sakit di kakinya yang menginjak bebatuan. Tapi kali ini memang benar-benar lucu tingkahnya,aku sudah berusaha menyembunyikan tawaku "jangan sampai terdengar oleh dia tawaku" kataku dalam hati. Spontan saja setelah aku membatin seperti itu, dia langsung menoleh kearahku. Mungkin dia ingin tau apa misi ini berhasil untuk membuatku tertawa? Dan yaaah, aku tidak bisa tahan tawaku lagi. Aku tertawa terbahak-bahak di depannya. Dengan wajah cerianya, dia juga tertawa kearahku seperti berkata dalam hati "akulah pemenangnya" hahaha. Tapi sumpah itu lucu banget, bahkan sekarangpun aku menulis sambil cekikikan sendiri hahaha. Lucu banget tingkahnya, ada aja hal yang bikin aku jadi tertawa.


.....
Pria konyol, pria ceria, pria yang selalu membuat aku tertawa lepas, pria yang selalu hadir di weekendku untuk memberikan aku tawanya yang tulus, pria yang hadir untuk menggenapkan segala kekuranganku, aku tidak memujanya, aku hanya mengagumi caranya membuat orang tertawa.

 Aku jadi teringat, masih sama masih dihari itu, masih dikota Bogor sebelum sampai di curug. Kami sholat dzuhur di masjid Annur daerah leuwiliang. Dia ngoceh-ngoceh panjang lebar, menasehati tentang diriku yang lemot dan superrrrrrrr anggun yang membuat dia kadang kesal dan gregetan melihat tingkahku ini. Sampai ingin melanjutkan perjalananpun dia masih saja terus berbicara. Mungkin karena batinku tidak terima di judge lemot olehnya, akupun langsung berusaha membuktikan bahwa aku ga selemot yang dia pikirkan. Aku dengan segera naik motor. Bukan naik dengan sempurna, sepatuku malah lepas dari kakiku karena tangkringan motor licin terkena hujan. Hampir saja aku terjatuh, untung saja aku bisa jaga keseimbanganku. Aku yang melirik ke bawah mencari sepatuku saat itu kebingungan, entah harus turun atau minta tolong mengambilkannya? Tiba-tiba saja dia langsung menundukkan badannya dengan posisi masih duduk di motor. Ketika Sepatuku sudah berhasil diambil, dengan segera dia memakaikannya di kakiku dengan sempurna. Aku yang tadinya sedikit kesal jadi hilang karena dia melakukan hal sederhana yang so sweet. Baru saja aku mengaguminya, ketika dia dengan sempurna memakaikanku sepatu, dia langsung mencubit kakiku. Cubitannya lain, seperti dia sedang gemas kepadaku hahahaha. Ketawaku pecah, diiringi hujan yang turun siang itu di leuwiliang bogor. Aku tau sekarang kenapa banyak orang yang suka hujan. Semoga saja, hujan ini bukan hanya menyimpan kenangan. Semoga saja, suatu saat aku bisa menikmati hujan bersama anak kami kelak aamiin.



Di perjalanan menuju curug, aku masih saja tertawa mengingat hal itu, sesekali aku menyembunyikan tawaku agar tidak terdengar atau bahkan terlihat dari kaca spion kiri itu.  Tapi tetap saja, aku tertawa terbahak-bahak dan dia memergokiku. Dengan wajah sedikit heran di berkata "geli banget tawanya, udah apa udah" semakin dia berbicara justru aku malah semakin kencang tertawanya hahahaha.

......
Ada lagi, entah siapa yang mulai. Kami berantem lagi. Aku bungkam, sesekali dia menoleh kearah belakangnya untuk melihat wajahku. Memastikan keadaanku, mencoba menatap mataku. Karena aku selalu bersembunyi dari spion motor sebelah kiri itu. Dengan cepat aku langsung memalingkan wajahku ketika dia menoleh. Dia tau aku marah. Dia berkali-kali menasehatiku. Sesekali bertanya "apa salah kalau aku kasih tau kalau kamu itu salah?" Aku masih tetap dengan diamku. Fikiranku sempat kemana-mana, sampai akhirnya aku tak mampu lagi menahan perih itu. Air mataku terjun bebas dipipiku, aku biarkan air mata itu mengering agar bekasnya bisa dia lihat. Sedang menikmati air mata yang terjun bebas itu. Tiba-tiba saja dia membelokkan arah motornya ke tempat makanan oleh-oleh Bogor. Aku masih bungkam, masih saja diam. Dia menawariku asinan bogor. Katanya asinan bogor tuh enak. Dia nanya aku mau beli berapa? Aku bilang saja 2, 1 untuk kakakku dan satu untuk mamaku, aku lihat ada 5 asinan bogor disitu. Akupun berlalu, dan masuk kedalam toko itu lebih jauh, melihat-lihat ad makanan apa saja yang kira-kira bisa aku beli. "bungkus semua a' " katanya kepada penjaga makanan itu. "Haah bungkus semua?" Tanyaku dalam hati dengan penuh keheranan, ah mungkin aku salah dengar pikirku. Setelah puas melihat-lihat ke dalam toko makanan, ubi ungu adalah pilihanku, dengan segera aku ambil ubi ungu itu dan menyatukan bayaran dengan asinan bogor yang barusan dibelinya. "Whats," betapa shocknya aku saat benar-benar memang kelima asinan bogor itu disapu bersih sama dia. Reflek dengan muka masih judes dan penuh heran aku bertanya "ngapain beli banyak-banyak? Buat siapa aja?" Tanyaku sinis takut mubazir kalau kebanyakan beli dan semuanya untuk keluargaku. "Buat kamu dua" sambil memisahkan asinan bogor itu dari ketiga yang lainnya. "Yang ini buat kakakku, kakakku, kakakku" dengan muka polosnya." Seperti tidak terima mendengar penjelasannya, aku langsung bilang "yaudah klo gitu yang ini buat kakakku,bapakku,mamaku,adikku,adikku. Jd pas deh ada 5" dengan wajah kemenangan aku, karena itu berarti asinan Bogor kelimanya buat aku hahaha dan lagi ketawaku pecah. Si kasir toko sampai tertawa dengerin kami hahaha. Kali ini Dia menang lagi lunakin hati aku hahaha dasar wanita lemah :p

...........


"Are you ready" katanya bertanya dengan penuh semangat sebelum memulai pendakian. "I am ready" jawabku yang tak pernah kalah semangatnya juga. Berjalan diantara bebatuan itu, curug muara herang. Belum sempat ada 10menit kami melakukan istirahat hahahah, sempat kesal juga dia karena aku terlalu lemah dan istirahat terus. Dengan jas ujan yang beda yang kami pakai haha, ini sangat konyol, ini gila kataku dalam hati. Baru ini aku bener-bener merasa jadi diri aku seutuhnya. Berpenampilan "cuek" dan dia pun begitu. Tidak mempersalahkan ke'gila'an ini. Bertingkah konyol hhaha. Kemudian aku berfikir. Ini bukan tentang menemukan yang hilang, tetapi yang datang untuk saling menggenapkan kekurangan masing-masing. Karena tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Aku percaya takdir.


Ini tulisan aku tentangnya, agar kelak ketika kami jauh atau kelak anak cucu kami tau betapa konyolnya kelakuan orang tuanya hahahaha. Kelak,,, Aku akan baca ulang lagi cerita ini dan biar aku selalu ingat aku pernah sebahagia ini sama dia. Alhamdulillah aku bisa mengenalmu My F-





Follow Me On Twitter Follow Me On Instagram Follow Me On Facebook ndorogestii@gmail.com Follow Me On Fanpage Facebook

0 Response to "Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Aku percaya Takdir."

Post a Comment