Surat terakhir




hari ini adalah 1 tahun pertunangan Tia dengan Ifan dan sesuai rencana 3 bulan setelah Ifan menjadi karyawan tetap, ia akan menikah dengan Tia. Siapa sih yang ga bahagia bila tau dirinya akan segera menikah dengan seseorang pilihannya yang terbaik di mata ALLAH..??? setiap orang pasti ingin dhe menikah, menjadi ratu dan raja semalam. Seperti halnya dengan apa yang Tia rasakan saat itu.


Ifan adalah salah satu karyawan swasta di bandung, sementara Tia adalah seorang Guru Tk di Bekasi. Ha?!  Bekasi?  Bandung?  Yayaya mereka emang berada di tempat yang berbeda kota namun keinginannya untuk tetap saling menjaga dan percayalah yang membuat mereka bisa bertahan sampai sekarang. Komunikasi mereka memang hanya sebatas sms saja, tidak ada telepon dan tidak ada pertemuan kecuali kalo ada libur panjang ifan sesekali datang ke bekasi untuk pulang ke rumah orang tuanya dan bertemu dengan Tia.

***

“kamu kenapa sich suka banget begadang?” Tanya Ifan heran karena sekarang pukul 12.00 am itu udah tengah malam banget dan waktunya untuk seorang wanita tidur dan istirahat.

“gpp kok aku belum ngantuk, klo mw tidur tidur aja duluan nanti juga aku menyusul kok” sms dari Ifan pun di balas oleh Tia. Dan akhirnya Ifan tidur duluan dan meninggalkan Tia si calon tunangannya itu sendiri di tengah-tengah malam. Kalo udah larut malam gini Tia tidak diam atau duduk-duduk tetapi dia asik mengerjakan sulamannya yang masih sangat lama untuk jadi sebuah gambar yang indah.

Tia memang suka sekali membuat seperti itu yang kemudian di bingkai indah lalu di pajang dan terkadang di jual ke teman atau tetangga yang menginginkannya. Hal ini yang membuat Tia menjadi ‘Insomnia’ (susah tidur). Meskipun hal itu di ketahui oleh Ifan tunangannya itu, ifan tetap membiarkan itu terjadi berkali-kali terhadap Tia. meskipun sesekali Ifan menasehati Tia bahwa tidak baik tidur larut malam, namun apalah daya bila semua itu sudah menjadi sebuah kebiasaan.

***

Hari ini tak terasa 2 bulan sudah pernikahan dan mereka belum di karuniai seorang anak namun Ifan tak terlalu banyak nuntut terhadap Tia. Ifan tetap bekerja di Bandung dan Tia mengajar TK di Bandung. Yaa, Tia ikut suaminya untuk tinggal di Bandung. hari ke hari Tia pun merasa sangat kesepian karena Ifan jika bekerja pulangnya selalu larut sampai malam, jam 8 malam dan setelah sholat isya langsung tidur tanpa ada komunikasi sedikitpun di antara mereka. Paling hanya saling tatap muka, senyum, Tia mencium tangan Ifan dan Ifan mencium kening Tia setelah itu Ifan menanyakan apakah Tia sudah makan atau belum kemudian Ifan masuk kamar dan tidur. Tia belum berani berbicara banyak terhadap suaminya tersebut tentang sepi yang di rasakan oleh Tia akhir-akhir ini meskipun sesekali pada jam istirahat kantor ifan sms Tia dan bilang kalau ada apa-apa bilang saja.  Namun tetap saja susah untuknya setiap kali ia ingin bicara tapi waktunya selalu tidak tepat karena Tia tak tega bila melihat suaminya yang pulang kerja kelelahan dan terlihat sangat capek sekali. Tia hanya bisa berdoa kelak suaminya akan mengerti naluri dari seorang istri.

***

Tak seperti biasanya, Pukul 12.00 am Ifan belum pulang kerja..
Sebagai seorang istri pastilah Tia sangat gelisah dan selalu menatap pintu rumahnya karena tengah malam begini suaminya belum pulang juga. Berkali-kali ia mencoba menghubungi suaminya melalui handphone tetapi tak juga ada jawaban “nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan” begitu kata operatornya. Mondar-mandir ke sana kemari tak karuan hatinya dan ini melebihi rasa kesepian yang hinggap di pikirannya. Ia menetikian air mata, bibirnya komat-kamit berdo’a semoga suaminya di luar sana akan baik-baik saja dan pulang dengan selamat. Sementara ke adaan di luar rumah, hujan sangat lebat sekali di sertai angin kencang dan petir yang sangat menakutkan. Tiapun hanya berdzikir terus-terusan semoga tidak terjadi apa-apa dengan suaminya sembari melihat jam dinding.

13.00 am
“took , took, took” akhirnya pintupun di ketuk juga.
“assalamualaikum” sapa orang di luar pintu itu.
“waalaikumsalam” jawab Tia dan langsung membukakan pintunya
“kamu belum tidur mah? Kan sudah malam?” Tanya ifan kepada istrinya
“gimana aku bisa tidur pah, daritadi kamu tuh belum pulang dan belum kasih aku kabar?” jawabnya dengan nada cemas sembari mencium tangan suaminya. Segera Tia mengambilkan baju hangat untuk Ifan dan memasak air hangat untuk Ifan mandi agar badan Ifan lebih hangat. Sambil menunggu air mendidih Tia membuatkan teh manis hangat untuk Ifan. Ifan duduk di ruang tamu melepas lelah dan sesekali meminum teh yang telah di buat oleh istrinya tersebut. Setelah mandi Ifan ke lelahan dan langsung tertidur.  Insomnia Tia belum hilang ia masih sering begadang dan sesekali ia menaatap wajah suaminya dalam-dalam sambil berkata dan mengeluarkan air mata “pah, kapan yaa kita bisa kaya dulu lagi? Waktu kita muda dulu? Saat kamu bissa kasih aku bnyak waktu”

03.00 am


***

05.00 am..
Ifan sudah bangun dari tidurnya dan langsung bergegas mandi. Melihat istrinya tertidur sangat pulas sekali ifan tak tega membangunkannya dan membiarkan istrinya tuk tetap tidur pagi ini dan beristirahat. Dengan terburu-buru ifan langsung berangkat kekantor karena perjalanan dari rumah kekantornya sangat jauh dan macet sekitar 1 jam setengah untuk sampai tepat waktu di kantornya. Di jalan Ifan hanya sms istrinya

mah, aku berangkat seperti biasa dan maaf aku ga bangunin kamu soalnya kamu tidurnya pules banget sich, miss u ^^

10.00 am
Karena semalam Tia tidur jam 3, pagi ini ia bangun jam 10 dan dengan senyum sedikit kecewa karena ia tak bisa melihat wajah suaminya pagi ini. Ia buka hp dan ketika 
baca sms itu, dengan sedikit lemas pula ia hanya membalas “oh, gpp. Miss u 2” karena ia sudah tau bagaimana sifat suaminya tersebut.

Hari ini Tia tidak mngajar karena badannya sedikit panas dan ia tidak memberitahukan kepada suaminya karena Tia takut kalau nanti suaminya jadi kepikiran terus. Akhirnya ia membiarkan penyakit itu berlalu begitu saja dan tidak memeriksakannya kepada dokter.

***

Hari-hari rumah tangga mereka semakin asing buat Tia. Tia seorang Guru Tk berangkat pagi jam stgh 7 dan pulang siang. Ifan berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut malam sekali.  Sabtupun sering lembur dan minggu ia habiskan untuk pergi dengan teman-temannya katanya sich bisnis. Tia benar-benar merasa sangat kesepian sekali sampai akhirnya Tia sms Ifan pada  saat jam kerja. Awalnya tia berniat untuk menelponnya tetapi ia takut mengganggu suaminya. Menurut tia, Mungkin sms adalah salah satu jembatan komunikasi yang paling ampuh untuk hubungan mereka.  Di sms tia hanya bilang kalau hari ini kalau bisa pulang cepat karena ada yang ingin di omongin. Ifanpun membalas smsnya dan mengiyakan perintah istrinya .

Jam 7 mlm ifan belum pulang dan malam ini Tia ingin memasak masakan kesukaan Ifan ikan bandeng.  “akh mas ifan kan pulangnya jam 7 dari kantor paling sampai rumah sekitar jam setengah sembilan dhe, aku ingin masak ikan malam ini dengan tambahan sayur sop buatanku, mas ifan pasti seneng banget dhe apa lagi kalo masakannya itu masih hangat J kan seru dhe kalo cerita-cerita sambil menikmati makanan” ujarnya dalam hati dengan mata penuh harap. Malam ini gerimis, dan Tia pun perlahan meninggalkan rumah menuju supermarket yang menjual ikan basah beserta bumbu dapurnya.

Ifan pulang kerja lebih awal karena ia teringat bahwa istrinya akan menemui ia, ia langsung dengan cepat melajukan kendaraannya. Sesampainya di rumah “assalamualaikum” salamnya sambil mengetuk pintu. Berkali-kali ia ketuk namun tak juga ada jawaban akhirnya ia buka pintunya dengan kunci ganda yang ia bawa. Ia buka pintu rumah sangat sepia sekali “huukhh, dasar istri genit suami pulang bukannya di rumah kek di sambut gitu ehh malah pergi ga jelas malah kelayaban ujan-ujan gini kemana sih?” pikirnya dalam hati. Ia pun mengganti pakaiannya dan menunggu hingga 20 menit habis kesabarannya dan ia pun masuk kamar untuk tidur.
Sementara tia, Ketika sudah membeli semuanya, di luar hujan deras sekali dan tia tidak membawa jas ujan. “satu jam lagi mas ifan pulang nih aku harus segera sampai ke rumah karena kalau aku tunggu hujannya reda mau sampai kapan aku di sini?” pikirnya karena Takut ke lamaan suaminya menunggu ia pun  menunggu sampai 30 menit jika hujannya tidak reda juga ia nekat untuk hujan-hujanan. 30 menit berlalu dan hujan semakin deras, hingga sekarang ia mempunyai waktu untuk masak 30 menit.

 Akhirnya iapun nekat hujan-hujannya karena ia tak ingin mengecawakan suaminya. Di jalan dengan sangat terburu-buru dan cepat ia percepat laju kendaraannya hingga makanan yang ia beli di supermarket basah semua dan kotor bercipratan air. Sesampainya di rumah ia sedih ketika ia melihat semua bahan-bahan yang ingin di masaknya sangatlah menjadi basah dan kotor “bagaimana ini? Apakah suamiku akan tetap mau memakan masakan aku ini sementara ini sudah sangat kotor dan basah sekali?” pikirnya sambil keluar air mata. Pelan-pelan ia beranjak masuk ke rumah dengan keadaan tubuh yang sangat basah sekali dan badan yang bergetar menahan dinginnya tubuh ia sekarang. “tak masalah bagiku jika aku hanya kedinginan mala mini asalkan suamiku bisa merasakan hangatnya kasih sayangku lewat masakanku, suamiku aku merindukanmu” batinnya sambil mendekati pintu, Ketika ingin membuka pintu ternyata pintu sudah tidak di kunci ‘kenapa ya?’ tanyanya heran.

di lihatnya jam dinding dan waktu menunjukan pukul 8 malam. Ia buka pintu kamar ternyata suaminya sudah tertidur pulas. Dengan kesabaran yang Tia miliki ia mencoba untuk tenang dan terus beristighfar. ‘semoga kelak suamiku kan mengerti’ ucapnya dalam hati dan kemudian menyelimuti suaminya dengan selimut yang ada di kamar lalu mencium kening sang suami. Belanjaan yang ia beli malam ini hanya ia letakkan begitu saja di dapur. Ia merasa sedikit kecewa karena suaminya telah sampai lebih awal dan kali ini ia gagal berkomunikasi face 2 face dengan suaminya.

Malam ini tuk kessekian kalinya ia tidur larut malam. Pagi ini suaminya yang jika pagi istrinya masih tidur dan belum menyiapkan sarapan di perjalanan menuju kantor ifan membeli makanan untuk ia makan di jalan sambil menyetir mobil.  Sedangkan istrinya bangun jam 6 dan selesai berdandan dan merapikan rumah langsung berangkat mengajar naik motor perjalanan sekitar 30 menit dari rumahnya dan sesampainya di sekolah langsung absen guru setelah itu mengajar anak-anak TK sampai jam istirahat makan jam setengah 10 ketika istirahat ia baru makan dan itupun tidak banyak.


***

hAri demi hari ia merasa semakin sendiri, dan sangat-sangat kesepian, berkali-kali ia sms suaminya dan bilang kalau ia ingin bicara namun selalu saja tidak bisa. Karena menurut suaminya “percuma saja nanti juga ketika aku pulang cepat pasti istriku sedang tidak ada di rumah, daripada membuang waktu lebih baik aku di kantor karena kerjaanku sangat banyak sekali” gumamnya.. Hingga Ifan pun semakin sering pulang larut malam dan semakin sering pula jarang ada waktu untuk ia habiskan kepada istrinya.

Hari ini tia pulang cepat sekitar jam 10 pagi ia sudah pulang karena badan ia lemas. Ia menelpon suaminya dan tidak di angkat sampai akhirnya Tia hanya sms dan mengatakan pada suaminya kalau ia sakit dan beberapa jam setelah sms terkirim smsnya pun di balas oleh ifan suaminya, “berobat saja ke dokter. Maaf tadi aku meeting” jawaban yang sangat singkat dari seorang suami yang sangat memiriskan hati seorang istri. “tapi aku ingin papa yang mengantarkanku” balasnya dengan penuh harap. Beberpa kali tia melihat handphonenya dan berharap suaminya membalas iya atau apa lah yang menyenangkannya tetapi ternyata tidak di balas juga. “mungkin papa sedang meeting di kantor” ikirnya.

Hari ini Tia  tidak masak dan tia tidak makan apa-apa karena memang tidak ada makanan, untuk keluar rumah atau sekedar sampai berdiri di ruang tamu saja tidak kuat dan rasanya lemas sekali. Badannya pun semakin kurus dan semakin pucat pasi.
Sepulang dari kantor seperti hari-hari kemarin saja ifan langsung pulang dan tidur karena memang ifan sering makan di luar. Karena ia tau kalau istrinya sedang sakit dan pasti tidak masak di rumah untuk itu ia beli makanan di luar. Sementara ketika ia melihat istrinya sedang terbaring di kamar ia hanya tersenyum sambil berkata 
“katanya sakit tetapi badaan kamu kelihatan sehat dhe, akhirnya mama bisa juga tidur cepet” lalu ifan pun tidur di sampingnya tanpa menyelimutinya atau menyentuh keningnya karena saat itu suhu badan tia sangat panas sekali. Tia memang tidur cepat akhir-akhir ini mungkin itu akibat dari kondisi badannya yang tidak stabil.

TIa merasa semakin kesal terhadap suaminya yang selalu sibuk. Akhirnya ia sms suaminya karena mungkin ini salah satu komunikasi yang tepat agar ifan tau apa yang tia inginkan. Berlembar-lembar dan bannyak kata-kata yang ia tulis hingga air matanya menetes, saat itu ia menuliskan sms kepada suaminya jam  3 pagi saat ia tidak bisa tidur padahal suaminya ada di hadapannya, ia benar-benar tidak tega membangunkannya karena terlihat sangat lelah sekali suaminya itu.


Isi suratnya seperti ini:
Papa sadar ga sih betapa berharganya waktu papa buat mama. Apa lagi sekarang mama sedang sakit mama bener-bener butuh kasih sayang papa.  Mama pengen papa santai di rumah bareng sama mama ngobrol dan cerita-cerita sama mama tentang kerjaan papa di kantor biar mama tau apa yang papa lakuin di kantor kalo lagi jauh dari mama biar mama ga curiga. Mama butuh kejujuran papa..

Mama selalu nunggu papa pulang cepet dari kantor tapi papa selalu pulang larut dari kantor sampai akhirnya mama ketiduran. Harusnya papa tau kalau mama ge diam itu tandanya mama ge kesel sama papa buat donk pah mama tersenyum lagi. Mama butuh papa, mama rindu papa yang dulu L

Mama ga akan diam klo sifat papa ga kya gini. Tolong donk pahh lakuin sesuatu buat mama. Buat sesuatu untuk mama yang membuat mama bahagia melihat betapa sayangnya papa terhadap mama. Malam ini mama Cuma bisa keluarin semuanya di sms ini karena mama tau papa selalu sibuk.

***

Paginya seperti biasa ifan yang bangun duluan dan berangkat terlebih dahulu ke kantor tanpa membangunkan istrinya. di perjalanan menuju kantor ia membuka hpnya dan ketika membaca sms itu ia hanya diam dan cuek kemudian dia hanya membalas “met pagi mah” (tragis). Dan ketika handphone tia berdering dengan penuh harap apa yang akan di balas oleh suaminya ternyata hanya ucapan itu.

“itu saja? Aku sms dia berates-ratus kata dan ia hanya membalas smsku yang sangat mendalam sekali aku buat dan ia hanya membalas itu?? Hanya beberapa kata??? Selamat pagi mah gitu katanya???” batinnya menangis dan ia hanya beristighfar dan selalu mencoba mendekatkan diri kepada ALLA H Karena hanya ALLAH lah yang selalu menemaninya di saat suaminya takk punya banyak waktu.

hAri ini tia tak mengajar lagi karena badannya semakin melemahh dan pucat sekali. Akhirnya ia menelpon orang tuanya dan menyuruhnya untuk segera datang kerumahnya meminta tolong untuk mengantarkan ia ke dokter. Setelah sampai di rumah sakit dokter member tau positif dan negatifnya sakit yang di rasakan tia akhir-akhir ini. Negatifnya,  Tia menderita kanker hati yang di sebabkan akibat ia sering begadang, dan jarang sarapan serta banyak pikiran. kabar positifnya Tia hamil sudah menginjak 3 bulan, tidak terlihat bahwa Tia sedang mengandung adalah karena factor tia jarang makan dan badan kurus sehingga perutnya tidak terlihat begitu gendut. “seharusnya yang ada di sampingku saat ini adalah suamiku karena ini ada kabar gembira dan sesuatu yang telah kami tunggu-tunggu, bukan ibu yang ada di samping aku. Aku malu sama ibu karena seharusnya aku tidak merepotkan beliau karena aku sudah berkeluarga” jeritnya dalam hati sambil matanya berlinang. Sesekali ia tatap wajah ibunya yang mulai sudah tua renta dan ibunya hanya membalas tatapannya dengan sebuah senyuman sambil mengusap kepala berbalut kerudung yang di kenakan oleh Tia. Dokterpun  menyarankan agar tia di rawat di rumah sakit karena ia sedang berbadan dua dan kondisinya harus benar-benar stabil berhubung ada kanker di hatinya . ia ingin memberi tau keadaannya kepada suaminya, baru ia peggang hpnya kemudian ada sms masuk dari suaminya.

“mah, hari ini kantorku ada pengangkatan karyawan. Aku mau di latihh kalau kerjaan aku bagus aku naik jabatan jadi untuk beberapa hari ini aku di luar kota dan tidak bisa menghubungi mama dulu untuk beberapa waktu. Karena aku mau belajar di luar kota dengan karyawan lain dan tidak boleh menggunkaan fasilitas handphone. Mohon pengertiannya ya mahh terima kasih mamaku sayang’  begitu isi smsnya. Tia pun menggurungkan niatnya untuk memberi tau suaminya tentang penyakit yang di deritanya. Tiapun tak tega kalau ia memberi tau kondisinya yang sekarang terhadap suaminya nanti pasti suaminnya jadi lemas dan tak semangat karena terlihat dari bahasa smsnya kalau ifan itu sedang senang dan gembira sekali. Tia hanya membalas smsnya dengan senyuman “ya sudah. Ati-ati di sana”

1 minggu sudah berlalu tiapun di bolehkan untuk pulang kerumah. Tia pun ditemani oleh ibunya karena ibunya tak tega melihat tia di rumah sendiri. 2 bulan setelah suaminya tugas ke luar kota dalam usia kandungan 5 bulan yang agak terlihat besar di perutnya ia meminta izin kepada ibunya untuk keluar rumah/ke toko peralatan bayi.
“bu, aku mau ke depan yaa” pintanya
“kemana ta nduk, ibu antar yaa?” logat jawa dari sang ibu dan nada cemas dalam setiap katanya membuat tia merasa sangat berat untuk terus merepotkannya.
“tidak usah bu, Tia bisa sendiri kok. Cuma mau jalan-jalan aja” jawabnya sambil perlahan-lahan keluar rumah.
“oalah, yo wiss ati” yoo ndok”
Di toko peralatan bayi ia melihat banyak sekali baju-baju bayi.
“meskipun usia kandunganku baru 5 bulan tapi aku tak sabar ingin cepat-cepat menggendong bayi. Aku ingin beli baju yang mana yaa” bingungnya sambil melihat-lihat baju-baju bayi yang lucu. Di lihatnya tepat di depan mata ia seorang suami istri begitu romantisnya sambil bercanda ria memilih-milih baju bayi untuk sang buah hati padahal saat itu pasangan suami istri tersebut ada seorang anak kecil lagi. Mungkin itu adalah anak pertamanya dan yang di kandungnya adalah anak keduanya.

“betapa bahagianya mereka, padahal bayi yang di kandungnya adalah anak keduanya tetapi mereka bersama-sama mencari peralatan untuk bayi mereka sementara aku sendirian tanpa suamiku, bahkan suamiku pun belum tau kalau aku sedang mengandung dan ini adalah anak pertamanya??!!!” batinnya sambil kembali menitikkan air mata. Ia kembali beristighfar.

3 bulan setelah pelatihan ifan pun terpilih dan ia naik jabatan di kantornya. 1 minggu setelah ia di bali ternyata istrinya sms. “pah aku hamil J cepat pulang yaa”
Di perjalanan menuju bandung dari kota bali sepulang pelatihan iapun membalas sms istrinya “ma aku naik jabatan. Akhirnya kita punya aa J
Namun sms itu tidak di balas oleh tia. perasaan senang dan sedikit kesal ia kepada tia. sesampainya di rumah dan itu larut malam rumah sangat berantakan sekali seperti kapal pecah ia teriak dalam hati ‘’dasar istri pemalas baru di tinggal berapa hari rumah udah kaya kapal pecah. Tetapi gpp dhe istriku kan sekarang sedang hamil. ‘’

Malam ini ia tidak mencari tau istrinya di mana dan sedang apa karena ia sangat lelah sekali dan iapun langsung tertidur pulas hingga pagi ketika ia ingin berangkat ke kantor samar-samar terdengar suara bisik-bisik tetangga sedang membicarakannya.
“kasihan ya bu tia, masa pengantin baru, baru aja ada berapa bulan udah di tinggal-tinggal terus sama suaminya. Mana lagi hamil lagi sib u tia.” Kata si ibu sambil menatap tajam ifan
” Terus sekarang istrinya sedang hamil muda, sakit-sakitan eh ga ada suaminya,  di luar rumah katanya sih ada di luar kota gitu. Ada naik jabatan di karyawan kantornya” lanjut ibu yang satu sambil melihat sinis matanya ifan
“untung yaa si bu tia sabar banget orangnya kalo  ga mah udah pisah ranjang kali yaa. Haduh amit-amit saya mah punya suami kaya gitu gila waktu sampe lupa kalo di rumah ada istri”
Dan masih banyak lagi yang menyakitkan yang terdengar di kuping ifan yang membuat ifan sedikit kesal.  Hingga akhirnya ia menghubungi handphone istrinya yang kemudian di angkat oleh mertuanya. Akhirnya ia tau kalau ternyata bener kata ibu-ibu tukang gossip itu kalau istrinya memang sedang sakit dan sekarang sedang di rawat di rumah sakit.

Karena hari ini adalah hari pertama ia menjabat sebagai kepala produksi ia pun tak ingin alfa hari ini maka ia rencana ingin menjenguk dan melihat ke adaan istrinya nanti malam saja sepulang ia dari kantor.

***

Sepulang dari kantor mobil ifan pun menuju ke rumah sakit tempat istrinya di rawat. Ketika ia memasuki ruangan istrinya yang di rawat ternyata kosong dan ia pun bertanya kepada suster. Kata susternya si pasien di ruangan tersebut sudah pulang kerumah sejak siang tadi. “Alhamdulillah istriku sudah sehat dan sudah pulang ke rumah” batinnya

Ia mencoba melihat hanphone ternyata handphonenya mati. Malam ini hujan sangat deras sekali dan ia dengan cepat melajukan mobilnya. di perjalanan ia melihat ada toko-toko peralatan bayi dengan segera ia ingin memberikan surprise kepada istrinya ia beli semua perlengkapan bayi beserta baju-baju sang istri yang belakangan terakhir kelihatan sudah tak layak pakai oleh tia.

Tangan kanan baju-baju bayi dan tangan kiri baju-baju sang istri. Dengan wajah yang berseri-seri dan berbinar-binar ia mempercepat gerakan kakinya menuju rumah mertua. “istriku aku datang untukmu sayang :’)” batinnya. Sepi sekali karena bekas hujan. Malam ini pukul 11 malam dan rumah mertuanya sangat sepi dari kejauhan. Semakin banyak sampah berserakan di halaman rumah ifan, banyak aqua aqua dan terdengar ada suara seorang perempuan membaca ayat suci al-qur’an. Langkah demi langkah ia masuk kerumahnya “pasti si mama nih yang baca al-qur’an. Hmm istriku memang istri yang shaleha. Aku jadi ingin cepat-cepat bertemu dengannya” baru saja ia berucap dalam hati langkahnya terhenti, tertegun, terpaku dan terpana



.
Tia Assyifa
Binti
Ummi kalsum

Dalam sebuah bendera kuning yang masih menempel di depan pintu rumah mertuanya. Masuk ke rumah dan melihat ternyata mertuanya sedang mengirim do’a ke pada anaknya tia yang telah tiada. yang Ifan dengar barusan adalah suara mertuanya sedang membaca al-qur’an yang tak jauh beda dengan suara istrinya. Yaa telah tiada, percakapan 3bulan lalu dan sms yang istrinya kirim kepadanya adalah yang terakhir dan itu adalah perasaan yang terakhir untuknya. Ia sungguh tak percaya dan ia langsung memeluk mertuanya sambil menangis dan berkata “ummi, bukankah istriku sudah sembuh? Karena tadi ketika aku menanyakan kepada suster yang ada di ruang informasi, istriku sudah pulang ke rumah katanya. Aku pikir istriku sudah sembuh” isaknya kepada ummi.

“iya nak, memang sudah harus di pulangkan ke rumah karena istrimu telah tiada untuk selamanya. Tadi siang sewaktu aku menghubungimu di kantor sekertarismu bilang kalau kamu sedang meeting dan tidak bisa di ganggu. Lalu ummi mencoba menelpon handphonemu tetapi tidak aktif nomermu” jawab ummi. “ummi tolong antarkan aku ke makam istriku malam ini” pinta ifan pada ummi. Akhirnya mereka malam ini juga datang ke pemakaman Tia.

Surat untuk istriku:

Dearr Istriku..

Seharusnya aku tak membiarkanmu selalu tidur malam karena itu adalah awal penyakitmu.. seharusnya aku selalu membangunkanmu setiap pagi agar kamu selalu sarapan pagi dan kita bisa bareng berangkat kerja bersama. Seharusnya saat itu aku tidak tertidur pulas saat kau sedang pergi keluar rumah mencari makan untukku. Seharusnya aku yang mengambilkan baju hangat untukmu dan menyiapkan air teh hangat untukmu agar kamu bisa terasa hangat saat kamu kehujanan sepulang kamu membelikan sayuran untuk ku makan. Harusnya aku punya lebih banyak waktu untukmu. Harusnya aku yang mengantarkan kamu ke dokter karena seharusnya yang ada di sampingmu saat dokter mengatakan kamu positif hamil adalah aku yang ada di sampingmu dan seharusnya aku meninggalkan pekerjaanku bukannya aku malah lebih mementingkan pekerjaanku dari pada istriku. seharusnya pagi ini aku melihat keadaanku dan tak menunggu waktu untuk malam ini. Seharusnya aku selalu makan masakanmu dan makan bersamamu daripada aku harus beli di luar dan makan sendirian sementara kamu di rumah menungguku, menunggu, meunggu dan menunggu. Istriku seharusnya aku memaknai setiap kata yang di ucapkan oleh penghulu ketika ijab-qabul pernikahan kita dulu karena saat itu aku telah berjanji kepada allah, diriku dan kamu bahwa aku akan selalu menjagamu sampai akhir khayatku. Bukan untuk menelantarkan kamu yang saat ini sedang mengandung buah hati kita. Sang buah hati yang telah lama kita tunggu-tunggu.

Istriku,, maafkan aku seharusnya aku ada di sampingmu ketika kamu kritis dan sedang menghadapi maut sedangkan aku di tempat yang berbeda selalu sibuk. Bahkan aku tak dapat melihat wajahmu detik-detik terakhir kau ada di dunia ini. Istriku yang baik hati,  maafkan aku karena aku lebih mementingkan pekerjaanku.

Ya allah jangan kau siksa ia dalam kuburnya biarlah aku yang menanggung siksanya karena aku tak pernah membahagiakan istriku ini. Aku lah suami yang tak tau diri. Biarkan lah ia berada di tempat yang penuh dengan kasih sayangmu.  janganlah kau siksa ia sedikitpun karena ini semua adalah kesalahanku.
Istriku, kalau saja aku tau semua ini akan berakhir aku akan lebih banyak luangin waktuku untuk kamu.. ya allah lapangkanlah kuburnya… amin. Istriku aku akan selalu mengirimkan do’a untukmu dan anak kita. Aku sayang kamu selamanya….


*** The End ***




Follow Me On Twitter Follow Me On Instagram Follow Me On Facebook ndorogestii@gmail.com Follow Me On Fanpage Facebook

2 Response to "Surat terakhir"

  1. anisnur says:

    oh cerita yg ini ya?
    memang susah juga sih tapi itu sakit awalanya karena stres ya? harusnya have fun tuh, kl aku jadi tetangganya pasti bakal maen mulu dah hahha

    Gesti says:

    bukan anis..
    kalo cerita yang itu kan cowonya ga sibuk tapi ga cinta sama cewenya..
    kalo yang ini cinta sama istrinya tapi dia tuh selalu sibuk banget sama pekerjaannya ^^

    kalo sakit awalnya itu karena dia tuh begadang terus kan g bagus buat kesehatan trus dia juga ga prnah sarapan pagi udah gitu dia kan ge hamil pasti butuh perhatian lebih dhe ^^

    maen mulu gmn? hehehe

Post a Comment