“Lepaskanlah.
Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali
dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita.
Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta
sejatimu. Kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta,
atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tapi kisah cinta kau,
siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling
sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa
kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.”
“Dengan
meyakini itu, maka tidak mengapa kalau kau patah hati, tidak mengapa
kalau kau kecewa, atau menangis tergugu karena harapan, keinginan
memiliki, tapi jangan berlebihan. Jangan merusak diri sendiri. Selalu
pahami, cinta yang baik selalu mengajari kau agar menjaga diri. Tidak
melanggar batas, tidak melewati kaidah agama. Karena esok lusa, ada
orang yang mengaku cinta, tapi dia melakukan begitu banyak maksiat,
menginjak-injak semua peraturan dalam agama, menodai cinta itu sendiri.
Cinta itu ibarat bibit tanaman. Jika ia tumbuh di tanah yang subur,
disiram dengan pupuk pemahaman baik, dirawat dengan menjaga diri, maka
tumbuhlah dia menjadi pohon yang berbuah lebat dan lezat. Tapi jika
bibit itu tumbuh di tanah yang kering, disiram dengan racun maksiat,
dirawat dengan niat jelek, maka tumbuhlah ia menjadi pohon meranggas,
berduri, berbuat pahit.”
“Jika
harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum terwujud, maka
teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan dengan belajar. Sekali kau
bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apa pun
wujud kehilangan, kau akan siap menghadapinya. Jika pun kau akhirnya
tidak memiliki gadis itu, besok lusa kau akan memperoleh pengganti yang
lebih baik.”
Baca Juga Ya :
0 Response to "kutipan buku RINDU - Tere Liye"
Post a Comment